Ilmuwan besar abad 21, Albert Einstein mengatakan, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu lumpuh.(science without religion is blind, and religion without science is limp). Pernyataan itu terlahir dari hasil perenungannya. Ia yang semula beragama, bila pagi belajar memahami agama Katholik dan kalau sore belajar memahami agama Yahudi, pada akhirnya tidak memilih agama Katholik atau Yahudi, mengaku memiliki “agama ketiga” yang berkembang menurut jalan pikirannya (Wisnu Arya Wardhana-2008).
Berpijak dari kata bijak itu, tak lagi dapat dipungkiri bahwa ada keterkaitan erat antara ilmu dan agama. Islam sebagai agama langit mengajarkan tentang arti pentingnya ilmu bagi kehidupan manusia. Dalam hubungan kemasyarakatan, agar berjalan sesuai dengan kodrat dan kehendak Ilahi, wajib dilandasi dengan pemahaman terhadap ilmu pengetahuan. Tanpa ilmu, hubungan antar-manusia yang bakal terjadi hanya suatu kekacauan. Manusia yang kuat akan menindas manusia yang lemah secara fisik semata.
Seribu empat ratus tiga puluh tahun yang lalu, Allah telah menurunkan Al Quran yang dirisalahkan melalui Muhammad SAW. Sejak dulu para ulama telah mentahbiskan bahwa Al Quran adalah sebuah mukjizat. Sebuah keluarbiasaan yang datang dari Sang Pencipta. Melebihi ilmu pengetahuan manusia dan agama-agama terdahulu. Dimaksudkan untuk dijadikan pedoman bagi setiap langkah kehidupan manusia hingga akhir jaman.
Tapi benarkah Al Quran itu sebuah mukjizat? Ternyata, setidaknya sampai hari ini, tidak ada ulama Islam atau pakar ilmu pengetahuan yang mampu membuktikan perihal itu. Al Quran hanyalah sebuah buku yang diimani oleh umat Islam, sebagai “kitab suci”. Ya, kitab suci yang amat dikeramatkan.
Al Quran ditakuti, karena diyakini kitab suci itu bisa mendatangkan bencana dan malapetaka bagi hidup seseorang bahkan semua kehidupan di muka bumi ini. Maka, Al Quran pun kemudian “berubah”, seolah seperti keris-keris keramat, batu-batu akik yang menyimpan kekuatan adi kodrati, –seperti batu ajaibnya milik dukun cilik Ponari– atau layaknya mantra-mantra sakti, yang setiap saat harus dibaca dan diciumi.
Melalui tulisan ini, Penulis berniat mengajak sekalian sidang pembaca, untuk membuktikan, apakah benar Al Quran itu sebuah mukjizat? Apakah benar Al Quran mengandung kekuatan adi kodrati, yang kekuatannya mampu bersaing dengan kemampuan keris-keris keramat, batu-batu akik, termasuk mantra-mantra sakti para dukun. Mari kita gali bersama. Kita cari, apakah ada kekuatannya? Apakah ada kelemahannya? Dan, di mana letak kemukjizatannya? (Bersambung)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar